Senin, 01 Oktober 2018

TRADISI NGAPEM DI BULAN SAPAR

Dok Pribadi

Rasanya cepat sekali yah…waktu berlalu, tak terasa Hari ini kita sudah memasuki bulan Oktober, kita juga sudah masuk ke tantangan ke-4 #komunitasonedayonepost  #ODOP_6. Dan untuk memenuhinya, kali ini saya akan mencoba berbagi cerita tentang salah satu tradisi untuk menolak bala atau malapetaka yang biasa dilakukan oleh sebagian masyarakat di kota Cirebon setiap bulan sapar, tradisi tersebut salah satunya adalah tradisi ngapem.

Bulan sapar ini menurut penanggalan islam adalah bulan ke dua setelah Muharram. Yang kebetulan tinggal beberapa hari lagi kita akan meninggalkan bulan muharram ini, dan akan segera memasuki bulan sapar yaitu salah satu bulan dari ke dua belas bulan dalam penanggalan hijriyah yang dipercaya oleh sebagian masyarakat kota Cirebon sebagai bulan yang banyak terjadinya musibah, malapetaka atau bala bencana. Kalau orang Cirebon sendiri bilang “Wulan sing akeh blaie”  terutama di hari Rabu terakhir dibulan  atau yang biasa disebut dengan Rebo wekasan.

Tradisi ngapem ini biasa dilakukan oleh sebagian besar masyarakat di kota Cirebon setiap bulan sapar dalam setiap tahunnya yang bertujuan untuk mencegah dan menghindari musibah atau malapetaka. Ngapem sendiri artinya melakukan selamatan dengan cara sedekah atau berbagi kue apem dengan cara membuat sendiri atau membelinya dari pedagang kue apem untuk disedekahkan atau dibagikan kepada teman, tetangga, handai taulan maupun fakir miskin yang ada di sekitar tempat tinggal kita.

Kue apem itu sendiri selain rasanya enak juga merupakan salah satu warisan kuliner khas kota Cirebon, bentuknya ada yang bulat menyerupai kue serabi, rasanya manis dan begitu istimewa, dengan teksturnya yang lembut, legit dan kenyal, ada juga yang berbentuk kotak persegi atau lonjong, apem jenis ini disebut apem kinca karena rasanya tawar sehingga penyajiannya harus dilengkapi dengan gula cair atau dalam bahasa Cirebon yang disebut dengan kinca.

Kue apem ini, merupakan salah satu jenis kue basah yang terbuat dari bahan-bahan pilihan, perpaduan antara tepung beras, tepung tapioka, tape singkong atau untuk hasil yang lebih enak menggunakan tape yang terbuat dari nasi, gula, fermipan dan air. Bahan-bahan tersebut dicampur hingga menjadi sebuah adonan yang dibiarkan selama semalaman sebelum  nantinya dicetak menjadi kue apem.

Selanjutnya pada hari rabu terakhir dibulan Sapar ini, atau yang juga disebut dengan rebo  wekasan atau rabu penutup ada tradisi tawurji yaitu sebagian anak-anak yang mengenakan dandanan  sarung dengan peci berkeliling kampung meminta sedekah kepada warga masyarakat sekitar kota Cirebon sambil menyenandungkan pujian dalam bahasa Cirebon “wur tawurji tawur selamat dawa umur” yang artinya sawer pak haji, sawer semoga selamat dan  panjang umur. Senandung ini mengandung makna sebuah doa keselamatan semoga panjang umur agar  dapat segera menunaikan ibadah haji.

Nah...bagaimana sahabat blogger, sekarang sudah tau bukan, kalau di kota Cirebon ada sebuah tradisi yang dilakukan oleh sebagian masyarakat kota Cirebon setiap bulan sapar, yaitu sebuah yang disebut  dengan tradisi ngapem.    

#TantanganODOP4
#onedayonepost
#odopbatch6
#nonfiksi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar