Kamis, 18 Oktober 2018

Ayah (Part 1)

Saat telepon berdering, sore itu aku dan istriku baru saja sampai di rumah setelah pulang dari kantor. Terdengar suara teh Sayu kakak perempuanku dari ujung telepon yang mengabarkan kalau ayah sedang sakit dan aku diminta segera pulang. 

Rasanya aku masih tidak percaya dengan berita tersebut. Kemarin sore aku masih ngobrol banyak dengan ayah di telepon. Beliau sehat dan baik-baik saja, bahkan sempat bercanda dan tertawa saat aku menggodanya.

Setelah kakakku menutup telepon, bergegas aku mengajak Nuri istriku dan Rizky anak sematawayangku segera berkemas untuk pergi ke rumah ayah. Sepanjang perjalanan bayangan wajah beliau sedikitpun tak pernah bisa lepas dari benakku. Aku ingin segera sampai dan bertemu dengan ayah. 

Ya Allah tolong jagalah ayah, Aku sangat menyayanginya. Dalam hati tak henti aku berdoa untuk kesembuhannya. Ayah adalah lelaki terbaik yang pernah aku kenal. Beliau orang yang paling dekat dengan aku selama ini, mungkin karena aku adalah anak lelaki satu-satunya.Menurut cerita ayah “Aku adalah Anak lelaki yang telah begitu lama dinantikan kehadirannya”. Padahal waktu itu beliau sudah mempunyai tiga orang anak perempuan, yaitu kakak-kakakku. 

Tiba-tiba aku teringat kembali semua yang pernah ayah ceritakan tentang aku dan semua kenangan tentang masa kecilku. Hari beranjak semakin malam. Dalam perjalanan pulang hujan turun begitu deras. Udara terasa begitu dingin. Jalanan menuju ke kampungku juga terlihat sepi, gelap dan berkabut. Mungkin karena letaknya yang berada di bawah kaki gunung. Atau mungkin juga cuacanya yang memang sedang tidak mendukung karena sedang musim hujan. 

Sepertinya alam juga mungkin ikut merasakan segala kesedihan yang sedang aku rasakan. Kesedihan yang bercampur dengan rasa khawatir tentang keadaan ayah. 

Selepas isya aku sampai di rumah ayah. Segera aku berlari menuju ke kamarnya dan mendekapnya. Kulihat sepertinya kondisi ayah memang benar-benar lemah. Beliau berbaring dengan wajahnya yang semakin menua dan terlihat pucat.

“Dari sana jam berapa” beliau bertanya dengan suaranya yang terdengar parau.

“Tadi Jam 5 ayah” Jawabku singkat

“Mana menantu dan cucu ayah” kembali beliau bertanya dan beusaha bangun dari pembaringan.

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar