Pada kesempatan kali ini,16 Oktober 2018 saya akan menjawab
tantangan ke-6 dari #komunitasonedayonepost #ODOP_6 yaitu sebuah tantangan
nonfiksi untuk menulis sebuah berita yang didukung dengan hasil wawancara.
Image From Google |
Setiap tahun menjelang musim
hujan di beberapa tempat di wilayah kota Cirebon selalu diadakan tradisi untuk
menyambut datangnya musim hujan, salah satunya adalah tradisi memayu buyut
Trusmi. Dan kali ini saya akan menulis sebuah berita tentang Tradisi Memayu
Buyut Trusmi yang dilaksanakan kemarin pada Minggu, 15 Oktober 2016. Tradisi
ini rutin diadakan setiap tahun menjelang musim hujan tiba yang dilakukan oleh masyarakat kota Cirebon yang berada di
sekitar kawasan sentra batik trusmi tepatnya berada di Desa Trusmi Kecamatan
plered Kabupaten Cirebon.
Tradisi memayu buyut trusmi ini
sebenarnya merupakan sebuah karnaval berupa iring-iringan atau dalam bahasa Cirebon disebut dengan
ider-ideran yang banyak menampilkan berbagai macam jenis kesenian dari wilayah
kota Cirebon terutama kesenian dan sejarah yang berasal dari desa Trusmi.
Sebenarnya inti dari rangkaian
acara tradisi memayu buyut Trusmi ini selain menjalin silaturahmi antar warga
desa Trusmi juga sebagai prosesi ritual untuk mengganti atap Situs Buyut Trusmi
yang merupakan tempat peristirahatan terakhir Ki Gedhe atau mba Buyut Trusmi
sebagai salah satu tokoh dari desa Trusmi.
Menurut salah seorang sesepuh warga desa Trusmi kulon yang bernama Bapak KH. Tony Syah “Tradisi Memayu Buyut Trusmi ini sudah dilakukan secara turun temurun oleh warga desa Trusmi dan sekitarnya sejak abad kesembilan dan warga desa Trusmi tinggal melanjutkannya saja”, Begitu jelasnya.
Menurut salah seorang sesepuh warga desa Trusmi kulon yang bernama Bapak KH. Tony Syah “Tradisi Memayu Buyut Trusmi ini sudah dilakukan secara turun temurun oleh warga desa Trusmi dan sekitarnya sejak abad kesembilan dan warga desa Trusmi tinggal melanjutkannya saja”, Begitu jelasnya.
Dalam acara ider-ideran itu
sebagian warga yang berada disekitar wilayah desa Trusmi dan sekitarnya tumpah
ruah memadati jalan raya untuk ikut serta menyaksikan jalannya prosesi Memayu
Buyut Trusmi. Rute ider-ideran ini dimulai dari Plered menuju ke desa Trusmi Wetan. Sehingga
lalu-lintas di jalur pantura mulai dari plered hingga Tengah Tani mengalami kemacetan. Sehingga kendaraan dari arah Palimanan yang menuju ke arah kota Cirebon dan
Jawa Tengah sebagian dialihkan lewat jalur lain.
Salah seorang warga yang bernama
Sarmat (50 tahun) dengan antusias mengatakan meskipun macet dan
berdesak-desakan namun dia merasa maklum dan setiap tahun dia tidak pernah absen untuk
menyaksikan jalannya tradisi Memayu Buyut Trusmi tersebut. “Saya selalu ikut
ider-ideran buyut Trusmi bersama anak dan istri saya setiap tahunnya dan menurut saya wajar kalau jalanan sampai macet total karena sebagian masyarakat warga desa Trusmi dan sekitarnya juga turut serta dalam acara ini” Katanya saat ditemui disekitar
pinggiran jalan Pantura.
Meskipun macet dan
berdesak-desakkan ternyata tradisi memayu Buyut Trusmi ini tidak menyurutkan
warga sekitar untuk ikut serta menyaksikan jalannya ider-ideran yang dimulai dari
pukul 6 pagi dan berakhir pukul 12 wib.
#TantanganODOP6
#onedayonepost
#odopbatch6
#nonfiksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar