Selasa, 19 Februari 2019

Reading Challenge Odop Level 2 Tantangan 3

Warso

Pagi ini Ketika turun dari bus, aku harus melanjutkan kembali perjalanan dengan menggunakan sebuah angkutan pedesaan untuk sampai ke sebuah desa yang akan menjadi tempat tugasku. Sebagai dokter Koas di sebuah puskesmas. Setelah beberapa tahun, akhirnya aku berhasil menyelesaikan pendidikan kedokteran yang selama ini aku cita-citakan. Desa itu adalah sebuah desa terpencil yang terletak di sebuah kaki gunung. Yang sangat jauh dari hiruk pikuk keramaian kota. Desa itu adalah desa Penanggapan. Sebuah desa yang berada di perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Suasana pagi ini masih terasa sangat sepi. Sudah hampir 35 menit lebih aku harus menunggu angkutan pedesaan. Namun belum ada satupun yang terlihat melewati jalan ini. Mungkin karena aku terlalu kepagian sampai di sini.

Image From Pixabay

Udara pagi ini masih terasa begitu dingin. Aku lihat ada juga beberapa orang yang sedang menunggu angkutan pedesaan. Tak berapa lama kendaraan yang aku tunggu akhirnya terlihat juga. Aku segera bergegas untuk menghampirinya. Sengaja aku memilih duduk di depan di samping sopir agar sedikit nyaman karena tidak berdesakkan. 

Sepanjang perjalanan yang aku lihat di  sebelah kanan dan kiri jalan yang hanyalah hijaunya sawah dan juga perbukitan. Meski masih tertutup pekatnya kabut namun cukup menyegarkan penglihatan. Matahari pun masih terlihat malu-malu menampakkan sinarnya. Hingga tak dapat menembus pekatnya kabut yang menyelimuti hijaunya dedaunan. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan. Yang selama ini nyaris tak pernah aku lihat selama aku menempuh pendidikan dan tinggal di Ibu Kota. 

Tak terasa setelah beberapa lama dalam perjalanan dengan angkutan pedesaan sambil menikmati hijaunya pemandangan perbukitan akhirnya aku sampai juga di desa Penanggapan. Aku langsung turun persis di depan sebuah puskesmas yang letaknya bersebelahan dengan kantor kepala desa. Di sana masih tampak sepi. Belum ada satupun yang datang. 

Rasanya begitu asing, aku sendirian berada di sebuah desa terpencil seperti ini. Desa yang sama sekali tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Sambil melepas lelah aku duduk di sebuah bangku panjang di ruang tunggu puskesmas itu. Tiba-tiba terdengar suara seorang lelaki berumur sekitar 30 tahunan memberi salam. Sekilas aku melihatnya. Meski tinggal di desa terpencil seperti ini, namun dia terlihat gagah dan berwibawa. Tampaknya dia juga tidak seperti orang desa.

"Assalamualaikum...ucapnya"

Waalaikumussalam jawabku"

Dengan sedikit perasaan kaget aku membalas ucapan salamnya. 

"Ini dengan Bu dokter Lelly ?" Lelaki itu bertanya.

Iya pak, jawabku singkat

Perkenalkan Bu dokter, saya Warso kebetulan yang menjadi kepala desa di sini. Lelaki itu mengulurkan tangannya kepaku.

Oh iya pak, perkenalkan saya Lelly sambil ku balas uluran tangannya. Kami berdua berjabatan tangan sambil memperkenalkan diri. Sesaat kemudian pak Warso menunjukkan sebuah rumah yang berada persis di belakang kantor kepala desa dan puskesmas. Rumah itu yang nantinya akan menjadi tempat tinggal aku selama bertugas di desa itu. Pak Warso segera membukakan pintu dan mempersilahkan aku masuk dan beristirahat. Aku segera mengiyakan karena memang aku benar-benar sudah merasa lelah. 

"Silahkan Bu dokter" kata pak Warso sambil memberikan kunci rumah itu.

"Saya permisi dulu" dia pamit sambil bergegas pergi

Aku hanya mengangguk saja mengiyakannya.

Hari-hari selanjutnya aku langsung bekerja sebagai dokter puskesmas di sana. Di sebuah desa terpencil yang jauh dari bayangan aku sebelumnya. Aku juga semakin mengenal kehidupan warga desa dan masyarakatnya. 

Demikian juga dengan pak Warso sang kepala desa di sana. Setelah aku lebih dekat berteman dan mengenalnya. Selain tampan ternyata dia adalah sosok lelaki yang sangat bersahaja, lembut namun juga tegas dan berwibawa. Dia begitu di hormati di lingkungan desa maupun warga desa. Bahkan juga di kalangan kepala desa yang lain di sekitarnya. Karena wibawa dan juga kebaikannya selama ini dalam memimpin desa. Dia juga ternyata seorang sarjana muda. Pantas kalau selama ini dia terlihat berbeda. 

Suatu sore yang indah saat dia bekunjung ke rumah, tanpa sengaja kami berdua saling bercerita banyak hal. Tentang kekagumannya kepada Umar bin Khattab yang selama ini telah menjadi inspirasinya dalam memimpin dan memajukan desa. Diam-diam tanpa aku sadari ternyata aku juga mengaguminya. Selain karena kebaikannya, juga karena sosoknya sebagai pemimpin desa yang begitu mengagumi Umar bin Khattab yang meski tegas, berwibawa namun dia juga lembut kepada rakyatnya.

#readingchallengeodop
#onedayonepost
#cerpen
#tantanganlevel2
#rcolevel2
#level2tantangan3

4 komentar: